Madura adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sisi utara pulau Jawa bagian timur, hampir tidak terlihat di peta karena saking kecilnya. Akan tetapi, meskipun Madura sebagai pulau kecil, Madura memiliki andil cukup besar untuk negeri ini. Minimal memperkaya budaya kita. Secara, dengan kondisi pulau yang seperti ini saja, Madura memiliki banyak dialek bahasa, bahkan hampir setiap kecamatan ada perbedaan dialek untuk bahasa tertentu. Ya, seperti itulah sekilas kenyataan Madura hari ini.

Sebenarnya, saya bukan orang yang suka berpetuang, jalan-jalan kesana-kemari untuk mencari hal-hl baru, tidak. Saya bukan orang tipe seperti itu. Lalu tipe seperti apa? Nyantai, perlahan nanti pasti tahu kok. Namun sekali saya bepergian, saya tidak akan menyia-nyiakan hal sekitar untuk disaksikan dengan cermat dan hidmat sekaligus dinikmati pesonanya. 😀 haha . Jadi, sekali dayang 2014 pulau terlampaui 😀 hehe

Ini sekedar berbagi, disini saya akan menyampaikan bagian dari Madura, bukan Madura secara menyeluruh karena belum ada cukup refrensi untuk menyampaikannya bila saya bicara masalah Madura secara menyeluruh. Jadi saya akan sampaikan sebagian saja yang kebetulan saya saksikan kemarin saat perjalanan menuju pesantren tempat saya belajar dulu.

Singkat cerita, kemarin saya ke pesantren (tapi saya tidak sempat sowan sama pak Kyai, menyedihkan! 😦  ) untuk melegalisir ijazah karena dibutuhkan untuk suatu kepentingan (yang ini rahasia dulu 😀 ).

Sepanjang perjalanan, saya mengamati ada banyak perubahan yang terjadi. Terutama bentuk dan model jalan yang saya lalui. Dulu, jalan yang dari rumah menuju pesantren itu, masih seperti jalan khas di madura. Seperti apa? Yang penasaran, monggo saksikan langsung di Madura 😀 Dan sekarang, jalan yang saya lalui sudah lebih bagus, halus dan lebih lebar hingga benar-benar kerasa nikmatnya ketika motor yang saya kendarai mencapai kecepatan 100 kilometer per jam, wuiich serasa gak nyentuh tanah meeenn.. 🙂

Selanjutnya, masih seputar jalan. Selain kondisi jalan yang bagus, atribut jalan pun semakin bertampah, yakni orang-orang buka usaha di tepiannya. Beda dengan dulu waktu kondisi jalan masih khas 😀 sepanjang pinggiran jalan itu isinya sawah mulu, mmhh.. sangat tidak menghibur pemandangannya. Yah, itu sekilas jalan akses dari rumah menuju pesantren tempat saya belajar dulu.

Selanjutnya tentang pesantren nih, tidak mau kalah dengan kondisi jalan akses menuju kesana. Kondisi pesantrenku pun juga mengalami perubahan pesat sekarang, saya katakan itu dari apa yang dapat saya lihat, namun insya’Allah dari kualitas sistem kependidikannya juga dong. Terukti, Madrasaha Aliyah tempat saya belajar ini, meskipun swasta, akretitasinya ‘A’, keren kan? Sudah tiga kali insya’Allah diminta Kementerian Agama untuk dinegerikan, namun sama pak Kyai tidak diizinkan dengan alasan yang secara pasti saya tidak mengerti. Namun yang saya dengar karena apabila Madrasah Aliyah itu dinegerikan, semua peraturan dan kebijakan akan berpindah tangan kepada negara, sedangkan Pak Kyai yang memiliki lahan hingga merintis kurang begitu akan diperankan dalam penentuan dan pemutusan suatu kebijakan pada sistem pendidikan. Begitulah kira-kira yang saya dengar.

Yah, demikianlah mungkin sementara sekilas ulasan dari (bagian) Madura hari ini, untuk hal-hal lainnya insya’Allah akan ada pada kesempatan selanjutnya. Salam santun untuk semua, Djie.