Adakalanya kita sering lupa tentang hakikat yang ada pada hidup kita, meski terlalu sering kita dengar bahkan setiap saat mungkin kita merasakannya. Tapi ketahuilah dengan sebenar-benarnya keyakinan yang kita punya bahwa kita adalah sebagai ciptaan.

Apapun itu, yang namanya ciptaan harus berfungsi sebagaimana ia dimaksudkan ketika sedang diciptakan. Contoh sederhana ponsel, diciptakan dengan teknologi yang sejak paling sederhana dulu hingga yang tercanggih dan termutaakhir kini, guna untuk menjalankan fungsi komunikasi antar dua atau lebih pengguna.

Demikian juga kita – terutama saya – yang semakin hari mungkin semakin tidak sadarkan diri akan hakikat keberadaan kita. Dimana Allah sampaikan dalam firmanNya dalam surat Adhdhariyat ayat 56 yang maknanya, Aku (Alloh) tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali Aku ciptakan agar mereka menyembah (beribadah) kepada Ku.

Sebagian dari kita mungkin memahami ibadah hanya sekedar ketika melaksanakan ritual-ritual sakral saja, seperti sholat dan sebagainya. Namun bila kita memahami bagaimana kita dicipta, secara jelas kita alamani saat ini misalkan sedang duduk, berjalan atau berdialog. Hendaknya itu semua tidak terjadi (dilaksanakan) kecuali dengan maksud dan tujuan berbidah (menyembah) kepada yang mencipta kita, sebab aktivitas-aktivitas itu berada dalam satu paket dalam penciptakaan kita sebagai yang beraktivitas.

*Ditulis dalam rangka mendiskusikan hati nurani dengan hawa nafsu yang dimoderatori oleh pemikiran yang masih segar, sesejuk embun pagi ini.