Berbuat salah itu lumrah dilakukan oleh makhluk sekelas kita, manusia. Pasalnya manusia itu adalah makhluk paling atraktif beserta segala potensinya, dan tentu juga dengan keterbatasan yang ada. Nah, dari keterbatasan inilah seringkali timbul hal-hal yang dipandang salah, atau nilainya kurang baik untuk suatu persepsi tertentu dalam kapasitas pemikiran kita sebagai manusia.
Kesalahan itu pada dasarnya adalah bukan suatu hal yang mutlak sedemikian rupa nilainya, namun terkadang kita yang terlalu dangkal mencermati eksistensi keberadaannya. Jika kita mau berpikir lebih bijak, sesungguhnya kesalahan itu adalah pahlawan yang asli 100 % tulen tanpa jasa. Sebab keberadaannya selalu dipandang sinis oleh kebanyakan orang. Padahal kalau kita mau berpikir, hadirnya kesalahan itu sering kali membawa pesan penting bagi pelaku sendiri atau terhadap orang-orang sekitar. Yakni pesan cambuk untuk tidak mengulagi peristiwa yang dinilai salah dan pernah terjadi sebelumnya. Dan oleh sebab adanya kesalahan itulah seringkali ditemukan cara-cara baru dalam menghadapi suatu persoalan untuk meraih suatu hal yang diimpikan dalam hidup seorang manusia.
Dengan statement seperti di atas, entah mengapa saya tidak suka mendengar orang lain minta maaf kepada saya. Terlebih jika dia adalah orang yang saya prioritaskan dalam hidup saya, saya benci mendengar kata maaf darinya.
Mengapa saya benci mendengar kata maaf darinya?
Adalah naluri seorang yang mencintai, tidak ada suatupun yang salah dari orang yang dicintai. Seberapa fatal pun perbuatannya, tetap saja naluri ini tidak bisa mengklaim ada kesalahan padanya. Bukan suatu pembelaan untuknya, namun lebih pada penerapan terhadap pendidikan (keteladanan) dalam menghadapi suatu persoalan.
Maksudnya bagaimana?
Jika dia berbuat (yang dinilai) salah terhadap saya, saya sudah maafkan sebelum dia ada hasrat untuk minta maaf kepada saya. Oleh sebab itu saya berharap dia tidak membiasakan diri untuk memaafkan orang lain setelah minta maaf. Tapi maafkanlah orang lain sebelum kita dengar kata maaf terlontar dari batin penyesalan mereka. Sebab yang demikian itu lebih mulia dan insya’Allah akan menjadikan kita lebih istimewa disisi Allah, sebab Allah itu kan Maha Pemaaf, tentu (dalam perspektif saya) Allah juga menyukai hamba yang suka memaafkan. 🙂
Teruntuk dirimu pijar nuasa pagiku.. 🙂
Vinda Filazara said:
Istimewa banget sepertinya si pijar nuansa pagimu itu 😀
SukaSuka
Mas Djie said:
Hehee.. tentu dong. Kalau perlu pakek tasydid, istimewwa 😀 haa
SukaSuka
Vinda Filazara said:
Lebay 😛
SukaSuka
Mas Djie said:
Biarpun lebay yang penting jujur. jujur itu dianjurkan, lebay itu tidak dilarang 😀
SukaSuka
catatanrinagahayu said:
forgive me for everything… mencintai berlebihan itu jg ga baik yah katanya..hehehe, jg sebaliknya, terlalu benci itu ga baik yah…jadi yg sedang-sedang sj… 🙂
SukaSuka
Mas Djie said:
Nice.. Makasih atas statement nya. Insya’Allah masih dalam kapasitas dosis yang ditentukan kok.. 🙂
SukaSuka
catatanrinagahayu said:
kayak obat aja..hehe, iya deh…
SukaSuka
Mas Djie said:
Hehehe… Pinjem istilah klinik boleh kan??! 😀
SukaSuka
catatanrinagahayu said:
hahaha. boleh boleh..silahkeun…:)
SukaSuka
Mas Djie said:
Thanks.. 🙂
SukaSuka
Beby said:
Hahah.. Bener ya, Bang. Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dicintai, meskipun dia belum meminta maaf, pasti secara naluri uda dimaafin.. pengalaman bukan curhat 😛
SukaSuka
Mas Djie said:
Cieee yang pengalaman nih,, bagi-bagi dong pengalamannya 😀
SukaSuka