Malam ini, entah mengapa saya teringat akan suatu persoalan. Persoalan yang amat lumrah terjadi, namun benar-benar sakral rasanya untuk sekedar dibicarakan tanpa perenungan akan sebuah makna dalam hidup yang kita lalui dan hendak di langkahi. Iya benar, itulah kematian.
Hidup ini, adalah satu sisi dari sebuah hal yang berpasangan. Rasanya belum sempurna keberadaan hidup itu sendiri tanpa adanya kematian. Oleh sebab itu, pantaslah kiranya kita yang masih diperkenankan merasakan segala anugerah dalam paket kesempatan hidup ini untuk berpikir lebih cermat tentang har-hari dan waktu yang datang dan pergi mengiringi rutinitas yang mengalir begitu adanya.
Hidup tiada arti tanpa adanya rihlah batin menuju titik di balik suasana kehidupan, itulah kematian. Kematian memang berbeda dengan kehidupan, ia berada di balik segala yang kita rasakan saat ini, namun kematian tidak dapat kita lepaskan dari apa yang dapat kita rasa dan ketahui saat ini. Sebab segala yang ada dalam hidup ini hendak dipertanggungjawabkan kelak dalam ruang kematian yang kita kenal sebagai akhirat.
Kematian adalah suatu hal yang, atau katakanlah itu sebagai ritual wajib bagi setiap yang bernyawa. Sebagaimana firmanNya, kullu nafsin dzaa iqotul mauut. Saya katakan wajib karena memang hal ini harus terjadi dan harus dialami oleh semua yang bernyawa, dan mustahil ada salah satu apalagi beberapa diantaranya yang luput darinya, sekalipun ia Izrail yang sebagai malaikat maut pun tak akan pernah luput dari yang namanya kematian.
Mengingat akan hal ini, pernahkah kita bertanya kepada diri – terutama saya sendiri – tentang kesiapan untuk menemui kematian? Bukankah kita sudah fahan bahwa kematian itu datangnya secara tiba-tiba? Lalu seberapa cemaskah kita memikirkannya dibandingkan dengan memikirkan kesibukan-kesibukan duniawi?
Djie, bagaimana dengan dirimu?
winnymarch said:
saya setuju kadang kalau menginat usia jd takut kalau mati tp belum berbuat apa2
SukaSuka
Mas Djie said:
Ah, jangan ditakuti dan juga jangan terlalu berani pada kematian 😀
Semoga kita tetaplah menjadi hamba yang diberkahi hari harinya sehingga hidup kita menjadi sebuah momentum yang bermakna dalam kesempatan hidup ini 🙂
SukaSuka
winnymarch said:
iya bener Mas ajie 🙂 setuju hehehe
SukaSuka
Mas Djie said:
🙂
SukaSuka
A. A. Muizz said:
Saya mempersiapkan hidup saya. Dan dengan itulah saya akan mati. 🙂
SukaSuka
Mas Djie said:
Alhamdulillah, semoga diperkenankan untuk mempersiapkan dengan matang 🙂
SukaSuka
A. A. Muizz said:
Aamiin yaa Rabbal ‘aalammiin. 🙂
SukaSuka
Mas Djie said:
Istajiblana ya Robb… 🙂
SukaSuka
jampang said:
semoga aja bekal kita cukup untuk pulang mudik ke kampung halaman yang abadi. aamiin
SukaSuka
Mas Djie said:
Aamiin… 🙂
SukaSuka
cumilebay.com said:
Inti nya mensyukuri hidup yang diberi Tuhan dan selalu dekat dengan NYa, biarlah kematian yg pasti datang itumenjadi urusan NYa. Aku pasrah 🙂
SukaSuka
Mas Djie said:
Hehehe… Pasrah yang bagaimana tuh? Pasrah itu bukan berarti tidak berbuat apa-apa lhooo… 😀
SukaSuka
Siro Gane said:
Kematian itu sesuatu yang sangat dekat namun masih menjadi misteri kapan dia datang dan pergi
SukaSuka
Mas Djie said:
Nah, oleh sebab itulah kita harus senantiasa siaga, bukankah begitu kawan? 😀
SukaSuka