Hiasan hidup paling berharga adalah seorang istri, tentu istri yang dimaksud adalah yang memiliki integritas ketaatan dan keimanan yang kestabilannya dominan maksimal. Dengan demikian seorang istri yang dimaksud dapat menjadikan kita – para suami – selalu respek dengan kewajiban terhadap Tuhan dan Nabinya. Dengan harapan rumah tangga yang dibina bersama akan lebih berkah dan terrahmati dalam rasa bahagia ataupun nestapa sekalipun.

Keluarga, adalah semacam instansi kecil yang di dalamnya terbangun oleh ‘managemen ketidak cocokan’, seperti itulah yang pernah dikatakan Sophan Sophian dalam mempertahankan keharmonisan dan romantisme kehidupan rumah tangganya dengan Widyawati. “Tugas kita adalah bagaimana membuat perbedaan itu menjadi menyenangkan. Kalau dibiarkan perbedaan itu akan menjadi bola salju yang terus membesar”, imbuhnya sebagaimana yang tertulis di Kompas, 15 September 2004 lalu.

Dalam urusan duniawi bolehlah berbeda, semisal masalah menu masakan yang diinginkan pada hari tertentu. Atau tentang agenda akhir pekan yang mungkin telah rutin dilaksanakan oleh beberapa keluarga. Namun untuk masalah ibadah, kita harus tetap satu konsep, satu kometmen dan satu managemen. Agar bisa dipastikan – dalam rasa optimisme kita – akhir perjalanan nanti bermuasa pada surga-Nya.

Demikian pula perlu kita ingat sebagai rambu-rambu dalam membingkai mimpi-mimpi dalam sebuah rumah tangga, “Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)”.

Maka jangan heranlah para suami, dan bersiaplah untuk berjuang dalam masalah ini. Sungguh yang demikian itu adalah jihad bagimu, untuk tanggung jawab sebuah rumah tangga dan generasi emas dimasa mendatang. Segeralah membuat konspirasi baik bersama istri-istrimu, berikanlah pemahaman yang baik akan hal ini. Namun sebelumnya penting bagimu untuk menjadi lebih baik terlebih dahulu.

Semangat pagi saudara-saudara, salam hangat dari Kota Malang. 😉