Bismillah, walhamdulillah. Sholatan wa tasliiman ‘ala habibinal mukhtar, Muhammad ibn Abdillah. Ah, macam orang mau ceramah saja. Tapi ndak apa-apa kan pemirsa? Yang begini mah baik, insya’Allah. 🙂
Merespon catatan istri tercinta yang berjudul BAGAIMANA MENGATASI PERBEDAAN PADA PASANGAN ? tempo hari lalu, saya ingin menulis sekilas catatan sederhana tentang suatu persoalan sebagaimana pemirsa telah baca di judul tulisan ini. Maaf, saya menulis topik yang sama dengan istri, bukan karena iri. Tapi untuk menyeimbangi saja. 🙂
Baiklah, saya tidak punya banyak waktu untuk bermuqoddimah, maka bil ikhtishor saja dan mudah-mudahan bahasa saya bisa dipahami dengan baik.
Penting disadari, bahwa dikatakan berpasangan karena suatu benda (katakanlah begitu,) tersebut tidak sama. Jadi wajar dan tidak perlu risau apabila ada suatu hal yang berpasangan mengalami beberapa perbedaan yang signifikan. Tidak terkecuali dalam persoalan pasangan hidup, yakni suami dan istri.
Lalu, apakah perbedaan yang terjadi antara suami dan istri itu masalah?
Sejatinya tidak, namun seringkali kebanyakan dari kita menganggap hal itu sebuah masalah. Sampai disini dulu, apakah ada yang mau ditanyakan? Baiklah, bersyukur sekali saya berhadapan dengan sahabat-sahabat yang cerdas. 🙂
Untuk yang masih bingung, saya akan mengutip sebuah pernyataan bijak dari seorang guru dulu waktu saya masih sekolah di Madrasah Aliyah (setara SMA), beliau pernah berkata: tidak ada masalah dengan masalah, yang bermasalah adalah cara kita yang salah dalam menghadapi masalah.
Cukup lugas saya rasa. Memang benar, tidak ada masalah dengan masalah. Kalau kita mau berpikir, sesungguhnya hidup ini adalah masalah. Seperti itulah yang sering saya dengar, oleh sebab itu tidak ada masalah dengan kehidupan itu sendiri, yang bermasalah adalah cara kita menjalani kehidupannya.
Masuk pada persoalan utama, terkait perbedaan antara suami dan istri, sesunggunya perbedaan antara keduanya bukanlah masalah. Hanya saja kita yang terkadang kurang dewasa menjalani status sebagai suami ataupun istri. Oleh sebab itu marilah kita terus belajar agar kita bisa merasakan nikmatnya suatu perbedaan.
What? Perbedaan itu nikmat?
Benar, nabi pernah bersabda. Ikhtilaafu ummati rohmatun, perbedaan diantara ummatku adalah rahmat. Bukankah tidak ada yang lebih nikmat dari pada kasih sayang (rohmat) Nya?
Itu dalil naqli (dalil berdasarkan firman atau sabda) bahwa perbedaan adalah nikmat. Berikut saya akan coba memberikan dalil aki (dalil berdasarkan logika), mari kita bersama-sama memperhatikan gambar berikut.
Gambar diatas adalah sebuah foto bodi motor dengan tampak dari belakang karena ada suatu bagian yang ingin diperlihatkan. Bagian tersebut adalah, spion motor. Yapz, betul sekali. Mari kita perhatikan bersama-sama spion motor tersebut.
Adakah yang aneh dengan spion motor tersebut?, tidak. Adakah masalah dengan spion tersebut?, tentu saja tidak. Mengapa tidak ada masalah dengan spion motor tersebut? Padahal berbeda!
Spion tersebut berbeda karena berpasangan, demikian juga dengan pasangan suami istri. Dan apakah yang akan terjadi bila kedua spion motor tersebut tidak berbeda? Sebagaimana gambar berikut.
Perhatikanlah saudara-saudara, justru ketika spion motor tersebut sama akan menimbulkan masalah, yakni kita tidak akan bisa melihat kondisi belakang sebelah kiri, karena setiap melihat ke spion kiri bisa jadi yang kelihatan adalah dada atau kemeja kita.
Jadi sadarilah bahwa perbedaan itu bukanlah masalah selama kita mengetahui alasan keberadaan dari perbedaan itu sendiri. Sebagaimana dibuatnya spion kanan dan kiri yang berbeda. Dimana tujuannya agar bisa melihat kondisi di belakang kita, baik di belakang sebelah kiri atau kanan. Sehingga kita bisa tenang setelah mengetahui kondisi di belakang kita andai saja kita hendak berpindah ruas jalan dari kiri ke kanan, atau sebaliknya.
Demikian juga dengan perbedaan antara suami dan istri, ia tidak akan menjadi masalah apabila kita telah mengetahui tujuan adanya perbedaan tersebut. Bila belum mengetahui tujuan dari perbedaan tersebut bagaimana? Nah, itulah sebenarnya yang jadi masalah. Segera cari tahu! Titik!
Wassalam. 😉
jampang said:
kalau nggak berbeda artinya bukan pasangan…. tapi kembaran… atau bahkan diri sendiri
SukaSuka
Mas Djie said:
Hahaha, benar sekali kang rifqi. Bahkan bila tidak berbeda bisa dikatakan sebagai bayang-bayang 🙂
SukaSuka
Vinda Filazara said:
Memang butuh waktu dan proses demi memahami karakter satu sama lainnya. Berapa lamanya itu, tergantung kita yg memutuskannya.
Terimakasih, sudah menjadikan perbedaan itu menjadi lebih indah dirasakan :*
SukaSuka
Mas Djie said:
Iya sayangku, engkau adalah pembelajaran bagiku. Pembelajaran terindah dalam catatan hidupku. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
winnymarch said:
karena perbedannnya yang membuatnya menjadi saling mengisi eaa
SukaSuka
Mas Djie said:
Benar mbak winny,, tampa adanya perbedaan maka hanya satu kesan yang akan didapatkan; jenuh. 🙂
SukaSuka
febridwicahya said:
Hihihi dari dulu aku beranggapan kalau perbedaan itu biar saling melengkapi 😀 wkwkw
SukaSuka
Mas Djie said:
Oh ya? Lalu sekarang anggapan mas Febri terhadap perbedaan bagaimana? 🙂
SukaSuka
es kampiun said:
bagus sekali perumpamaannya. spion motor….. bener juga yak…
SukaSuka
Mas Djie said:
Hehehe.. Karena pas buat postingan ini hampir setiap saat beraktivitas dengan motor. Jadi terpikir deh untuk membuat analogi seperti itu 😀 hehe
SukaSuka